Hidup dirantau dengan biaya pas-pasan sungguh sangat berat. Dulu sewaktu masih tinggal bersama orang tua, segala kebutuhan hidup selalu tercukupi baik itu sandang, pangan maupun papan walau mereka hidup sederhana. Tetapi selepas tamat SMA Abu Abu merantau ke Jawa untuk melanjutkan kuliahnya. Sebenarnya ia ingin melanjutkan sesuai jurusan yang diinginkannya, tetapi kemampuan orang tua Abu Abu hanya dapat mengirimkannya kuliah pada suatu perguruan tinggi swasta yang biaya nya masih mampu ditanggung oleh orang tua. Kendati disana ia pun masih dapat potongan uang masuk dan boleh dicicil.
Sebagai anak bungsu, watak manjanya masih ada.. terasa berat bagi Abu Abu seperti belajar mencuci baju dan menyetrika untuk sehari-hari. Kiriman uang sebulan hanya Rp. 80.000,- di tahun 1993, harus di cukup-cukupkan untuk makan dan kebutuhan kuliah. Sementara pakaian yang bagus adalah sisa lebaran tahun sebelumnya. Jika ingin dapat banyak dengan harga murah, kadangkala ia membeli baju dengan membeli pakaian bekas dari luar negri yang biasa disebut “Lelong”. Entah asal dari kata mana disebut demikian untuk pakaian bekas selundupan itu, apa dikarenakan masuknya tidak resmi sehingga diistilahkan demikian.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu hingga berbulan-bulan sudah Abu Abu hidup dirantau. Sebagai anak muda, tentu Abu Abu ingin juga memiliki pakaian baru yang betul-betul dari Toko. Namun jangankan untuk membeli baju, setiap setelah membayar uang kuliah bulanan.. untuk makan sehari-hari pun sering tidak cukup. Ia ingin kerja tetapi terkendala masalah bahasa, ia belum paham dengan bahasa jawa, walau kedua orang tuanya berasal dari jawa.. tetapi karena lama hidup di Kalimantan mereka sudah jarang menggunakan bahasa jawa sehingga anak-anak mereka tidak mengerti bahasa itu.
Akhirnya Abu Abu memiliki suatu cara yang mampu dipraktekkannya kala itu, yaitu harus hidup dengan cara prihatin. Ia akan melakukan puasa senin kamis, di lain hari itu ia makan sehari cukup dua kali dengan menu hanya nasi dan mie instant. Ia telah menghitung bahwa sisanya dari uang kiriman orang tuanya itu, ia dapat menyisihkan sebesar Rp. 15.000,-. Uang itulah akan di gunakannya untuk membeli baju lengan panjang sebuah dengan cara mencicil 3x selama 3 bulan. Kemudian setelah selesai dan memasuki bulan ke-4, Abu Abu bisa kredit lagi untuk mendapatkan celana baru dengan cara yang sama.
Sembilan bulan berjalan, tubuh Abu Abu semakin lama semakin kurus dan lemah hingga akhirnya.. tubuh nya lemah pada saraf sensorik dan motorik yang terkena dampaknya. Kulitnya mati rasa dan jika berjalan pun ia tak mampu. Itulah akibat kekurangan gizi dalam makanannya selama ini, tindakan yang kurang dipikir dengan baik.. padahal yang lebih susah hidupnya masih banyak. Namun sebagai anak muda saat itu, Abu Abu jarang berpikir jauh kedepan.. ia ingin punya pakaian baru tetapi untuk meminta kepada orang tuanya ia tak sampai hati.. ingin bekerja ia sendiri tak mengerti bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.
Abu Abu termenung mengingat saat sewaktu tinggal di kampung halamannya, ia dengan teman-teman sekampung nya berlari mengejar layangan putus atau berenang di sungai, pulang bermain ia kelaparan dan makan dengan lahap. Air mata Abu Abu menetes mengingat masa itu, sekarang jangan kan untuk berlari.. berjalan saja ia lemah. Ingin berobat tapi ia tak punya uang, ia tak mau memberitahu kepada ayah ibu nya jika sedang sakit. Saudara-saudara Abu Abu banyak yang membutuhkan biaya, sedangkan ayahnya hanya seorang sopir angkot.. tentu akan bingung dan akan mengeluarkan banyak biaya jika harus mengobati dirinya.
Hari demi hari berlalu, Abu Abu dulu bukan Abu Abu yang sekarang.. dulu ia anak yang periang menjadi cenderung pendiam. Kadang malam hari sering menangis karena ketakberdayaannya, hingga suatu malam datang seorang pemuda dalam mimpinya...
“Abu Abu, mau kah engkau bisa selincah kucing berlari dan jika terkejut bisa terlompat dengan gesit ?”
Abu Abu tak bisa berkata-kata, ia hanya mengangguk..
“Jika engkau mau, aku akan memberi mu sebuah Ilmu. Tetapi pilih lah, aku ada 2 buah Ilmu...”, ujar si pemuda itu kepada Abu Abu.
Tangan si pemuda menunjuk ke arah belakang Abu Abu, ia melihat di belakang nya ada seekor kera putih yang sedang melompat-lompat dan di sebelah si kera ada seekor harimau belang yang sedang duduk memperhatikannya dengan mata yang tajam.
“Yang mana akan kau pilih..?” Tanya si pemuda kepada Abu Abu.
Abu Abu teringat jika ia senang membaca cerita novel karangan SB. Chandra saat masih sekolah dulu. Ceritanya sangat bagus dan penuh dengan cerita heroik dan makna perjuangan hidup. Cerita tentang seorang anak muda yang mendapat warisan Ilmu Harimau. Karena tertarik dengan kisah itu, Abu Abu hanya mampu menunjuk harimau yang sedang duduk diam memperhatikannya.
“Baik lah..”, ujar si pemuda itu.
“Aku akan memberimu Ilmu Harimau..., berbaliklah !” Si pemuda itu meminta Abu Abu untuk membelakanginya. Abu Abu sekarang duduk berhadapan dengan Harimau tadi. Di depannya telah tersedia sebuah kelapa muda yang telah berlubang yang masih ada isinya, di dalam buah kelapa sudah tercampur dengan gula merah, ada juga sesendok gula pasir yang sudah bercampur dengan minyak tanah terletak di sebuah piring kecil.
“Ambillah sendok yang berisi gula pasir itu suapkan ke dalam mulutmu dan ambil buah kelapa itu.. minumlah agar gula pasir itu ikut tertelan..”, terdengar si pemuda itu bicara perlahan. Abu Abu melakukan perintah yang diberikan oleh si pemuda itu. Setelah selesai, Abu Abu meringis dan kemudian bersendawa karena kebanyakan minum air kelapa, sendawanya tercium bau minyak tanah.
“Ikut kan apa yang kuucapkan...!”, perintah si pemuda itu agar Abu Abu mengikutkan apa yang dibacanya. Mantra dan doa-doa bercampur jadi satu dan Abu Abu mengikuti nya perlahan-lahan.
Saat membaca mantra dan doa itu terasa dipunggung nya sebuah tangan berbulu dan terasa juga tajamnya cakar. Ingin rasanya Abu Abu melompat lari, karena rasa takut yang amat sangat. Di depan nya si harimau belang berdiri lalu berjalan mendekatinya, Abu Abu berkeringat dingin... dia sudah tak mampu untuk mengikuti suara si pemuda karena melihat harimau sebesar sapi berjalan mendekatinya. Dalam pikirannya, bahwa ia akan dicabik-cabik harimau itu, sementara si Harimau semakin dekat dan tinggal hanya berjarak 3 meter dari tempatnya duduk si harimau berhenti. Matanya kuning terang menatap langsung bola mata Abu Abu yang pasrah jika ia harus mati di makan Harimau.
Tiba-tiba terdengar suara geraman disusul suara mengaum harimau di belakang tubuh Abu Abu.. punggung nya terasa di tepuk oleh tangan harimau, sementara Harimau di depan juga mengaum terasa menggetarkan dinding jiwanya dan selanjutnya si harimau melompat menerkam Abu Abu....... Abu Abu berteriak sekeras-kerasnya seolah ingin mengucapkan perpisahan dengan dunia......
Dengan peluh yang memenuhi tubuhnya Abu Abu terbangun... dilihat tubuhnya tak ada yang berubah, ternyata hanya sebuah mimpi.
“Oh, syukurlah hanya mimpi. Tetapi seram sekali mimpiku...”. Abu Abu berkata-kata dalam hatinya.
Ia kemudian bangun dari tidurnya dan langsung melompat mengambil handuk untuk mandi, ia harus pergi ke kampus pagi ini karena jadwal kuliahnya ada di jam pertama. Namun baru beberapa langkah berjalan... ia berhenti. Abu Abu heran, bahwa ia bisa lancar berjalan.. sebelumnya setelah bangun tidur ia akan tertatih-tatih berjalan karena penyakit yang di indapnya akibat kekurangan gizi. Masih belum percaya.. ia melompat-lompat dan berlari-lari dalam kamarnya....dan aneh..!! Kapan hilang penyakitnya? Suka cita lah Abu Abu pagi itu. Ia pergi ke kampus dan kembali ceria....
Seolah lupa akan mimpi nya yang menyeramkan, kehidupan Abu Abu kembali normal. Ia merasa sangat kuat dan gesit. Seminggu telah berlalu hingga sampai pada hari Kamis malam atau biasa disebut malam Jumat. Abu Abu jam 10 malam sudah tertidur, cuaca memang sangat dingin malam itu membuat siapapun akan menarik selimutnya dalam-dalam. Dalam tidurnya kembali Abu Abu bermimpi didatangi oleh seorang kakek-kakek dengan pakaian jubah putih dan bersurban.
Si Kakek itu menyuruh nya bersilat, Abu Abu bingung silat apa yang harus dilakukannya ? Dulu ia hanya belajar Silat 7 saja, silat rahasia dari kampungnya dan tak ada kembangannya atau jurus pembuka. Silat 7 terkenal sebagai silat rahasia untuk kalangan kerabat kerajaan di zaman dahulu. Silat itu sangat mematikan dan cepat nya tak dapat diikuti oleh mata biasa tetapi hanya untuk jarak dekat saja. Silat 7 terbagi ada dua jenis yaitu Silat 7 biasa dan Silat 7 Bunian yang hanya dimiliki oleh pendekar-pendekar dari Negeri Dongeng itu. Tetapi silat 7 biasa pun saat ini hanya segelintir orang yang benar-benar menguasainya termasuk lah Abu Abu.
Abu Abu pun melakukan silat 7 nya dengan membayangkan ada lawan bertempurnya.. namun lama kelamaan khayalannya yang melawan manusia mendadak ia malah bertempur dengan seekor harimau dewasa. Harimau itu menggeram, Abu Abu terkejut dan ia pun reflek membuat kuda-kuda tetapi bukan silat 7 lagi.. tangannya membentuk cakar. Abu Abu tak sadar jika gaya kuda kuda nya sudah tak sama lagi seperti silat 7 nya.
Tiba-tiba dengan suara mengaum harimau belang dewasa melompat ke Abu Abu, sehingga terjadi lah pertarungan yang sangat seru antara 2 makhluk yang berbeda wujudnya. Sama-sama bisa silat, baik harimau belang maupun Abu Abu yang juga memain kan silat harimau. Secara naluri Abu Abu memainkan silat itu dengan indah dan seolah mereka sedang dalam latihan. Cukup lama mereka bertempur, Abu Abu mulai kewalahan melawan harimau yang pandai bersilat, ia tak ingat lagi dengan Silat 7 nya. Karena semakin terdesak, Abu Abu mulai marah.. Ia menjauhi si harimau belang yang juga mundur seolah memberikan kesempatan Abu Abu untuk mengambil nafas.
Abu Abu bukan untuk mengambil nafas tetapi muncul nafsu kemarahannya merasa tak dapat mengalahkan si harimau belang. Ia kemudian berteriak karena ada rasa ketidakpuasan tidak dapat mengalahkan seekor binatang dan rasa itu terasa menyesakkan dadanya, suara teriakan yang keluar justru auman yang keras.
Perlahan-lahan tumbuh bulu-bulu kasar berwarna kuning keemasan dari pori-porinya.. Abu Abu meringis menahan sakit dan itu dilanjutkan lagi dengan menekuk jari-jarinya dan dari buku jari keluar kuku yang sangat tajam. Abu Abu terduduk tak dapat berdiri karena perubahan wujud, daun telinga nya tertarik keatas serta yang tak dapat di tahannya lagi adalah saat taringnya keluar. Sangat sakit sekali hingga ia tak tahan dengan derita yang dialaminya itu, ia meraung sekuat-kuatnya.. hingga akhirnya semua menjadi gelap...
Entah berapa lama Abu Abu tak sadar, begitu ia terbangun.. ia tak bisa berdiri. Ternyata ia sudah berubah wujud utuh menjadi seekor harimau besar yang beratnya mungkin berapa ratus kilo. Ia terkejut melihat fisiknya kenapa berubah menjadi harimau ? Kemana harimau tadi lawannya bertarung ? Banyak pertanyaan meloncat dari pikirannya.
Terdengar sebuah suara dari sebelah kanan nya...
“Ini lah ujudmu sebenarnya, le.. (panggilan untuk anak laki-laki di jawa). Coba kau lihat manusia yang ada didepan mu..”.
Abu Abu menoleh ke depannya, terlihat 3 orang duduk disebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu. Yang pertama dari ujung kanan seorang lelaki dengan wajah bagus dan sempurna, yang kedua sebelah kiri yang pertama seorang wanita buruk rupa dan yang terakhir seorang dengan wajah cacat.. bibirnya sumbing terbelah di tengah sehingga gigi nya terlihat.. wajah nya terlihat sangat menyeramkan. Lama Abu Abu melihat orang yang terakhir, lalu ia melihat tubuhnya sendiri dengan bulu bulu kuning terang bersalurkan warna hitam.. terlihat gagah dan besar tubuh harimaunya. Ia memandang lagi melihat orang berwajah sumbing dan dua orang disebelahnya.. terlihatlah oleh nya ada cahaya yang menyeliputi tubuh ketiga manusia itu, cahaya itu dalam pengetahuannya hanya dimiliki oleh manusia yang merupakan gambaran dari Allah Sang Pencipta dan yang membuat seluruh makhluk untuk tunduk kepada yang namanya manusia. Abu Abu tercenung manakala dilihatnya ia dalam wujud harimau tak memiliki cahaya Illahi, ia hanya seekor harimau bukannya manusia. Ia ingin bicara kepada sang Kakek berjubah putih tetapi yang keluar dari mulutnya hanyalah geraman pendek yang lebih mirip rintihan. Si kakek itu mengetahui apa yang diinginkan Abu Abu..
“Bicaralah dari hatimu, le.. aku paham bahasamu....”.
Terlihat air mata Abu Abu meleleh dari kedua pelupuk matanya.. ia sebenarnya menangis. Menangisi nasibnya kenapa jadi harimau.. ia tak meminta walau dulu memang ia pernah berkhayal ingin menjadi manusia harimau seperti yang dibacanya dalam cerita-cerita... kemudian ia berkata kepada kakek itu yang ternyata seorang Syech yang terkenal di zamannya dengan rambut panjang tergelung.
“Kiai, aku tak mau jadi begini.. aku ingin menjadi manusia.. aku merasa menjadi hina di hadapan manusia, Kiai....”
Abu Abu berbicara dengan Kiai, meminta agar ia dapat kembali lagi sebagai manusia utuh. Ia berpikir tak dapat lagi kembali sebagai manusia dan menjadi harimau seterusnya, namun pikirannya masih sebagai manusia normal. Bagaimana ia bisa menerima semua itu, apalagi jika harus makan daging mentah dan harus berkembang biak layaknya binatang. Pikirannya masih belum tahu bagaimana hidup sehari-hari sebagai harimau dewasa. Apalagi ia melihat jelas jauh perbedaan antara manusia dan binatang, tentulah ia panik sekali.
“Tentu tidak seterusnya, le.. hanya kadang-kadang akan berubah wujudmu menjadi harimau...”. Ujar Kiai Ra Gelung.
“Jangan Kiai... “
Ratap Abu Abu kepada Kiai Ra Gelung.
“Aku suka dengan kekuatan dan kehebatan serta keindahan dari harimau... Kiai, tapi bukan ini yang ku pinta.. walaupun harus kadang-kaang dapat berubah wujud...”, Abu Abu berkata lagi melalui pembicaraan bathin dengan Kiai Ra Gelung dengan air mata yang berlinang.
Kiai Ra Gelung kemudian mengelus kepala harimau disebelahnya yang berasal dari manusia itu dan berkata...
“Baiklah, le.. kendalikan lah emosi mu dan jangan terlalu dekat dengan masalah yang berakibat membahayakan nyawa mu, karena jika nyawamu sudah berada diujung tanduk.. antara hidup dan mati, maka engkau akan berubah ujud seperti ini dan jika sekali saja terjadi perubahan ujud.... maka engkau tak bisa membatalkan nya lagi. Setiap engkau marah, maka terjadilah perubahan pada tubuhmu dengan rasa sakit yang seperti perubahan yang engkau alami tadi..”.
Abu Abu dengan perhatian memandangi sang Kiai yang kemudian melanjutkan kata-katanya..
“Engkau tetap menjadi manusia harimau, karena Jiwa mu telah menyatu dengan harimau pamungkas dari tanah sumatera. Secara gaib, tubuh mu utuh berujud harimau dan sesekali jika tak terkendali emosimu akan keluar kuku dan taring mu saja. Jika terjadi hal seperti itu.. hati-hati, perubahan ujud secara utuh dapat saja terjadi. Istighfar lah dengan mengucap nama Allah..”.
Abu Abu hanya bisa mengangguk-angguk dan selanjutnya terdengar sayup-sayup suara adzan subuh.. terdengar ucapan salam Assalamualaikum.
Semua kembali gelap Abu Abu pun tak sadar dan udara subuh membangunkannya dari mimpi panjang nya... ia terbangun lalu bangkit dari tempat tidurnya. Bantal guling serta kasur tempat tidurnya sudah sangat berantakan dan terkoyak-koyak seolah terbeset oleh benda tajam.
(bersambung)
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
0 Komentar untuk "MANUSIA HARIMAU ( SERI I )"