Misteri Di Balik Kisah Batu Nogo Sui

Batu Nogo Sui memang ramai dan dapat ditemukan di sepanjang arus sungai Gintung dan juga sungai Kerawang, dua sungai ini bermuara di sungai Klawing. Kebanyakan orang menyebutnya batu Klawing . Lokasi ini tidak jauh dari sungai Klawing Purbalingga kota, hanya perjalanan 30- menit.

Kegiatan yang dilakukan di sungai ini beragam, ada untuk traveling, arung jeram dan olahraga air lainnya, sehingga tempat penghasil batu juga sebagai tempat perjalanan wisata. "Nogo Sui" dalam arti Jawa Naga Tua, hal ini berkaitan dengan legenda wilayah Gunung Slamet, karena lembah curam di pegunungan tsersebut ditemukan sebuah gua yang tampak seperti seekor naga. Jasper sebenarnya jenis batu diperoleh di hampir seluruh wilayah Indonesia dan negara-negara lain bahkan di dunia. Tapi ada yang unik dan khas batu "Nogo Sui".

Negara India misalnya ada juga memproduksi batu dari jenis Jasper , dan terlihat hampir sama dengan dengan batu yang ada di Indonesia. Jenis batuan Jasper memang memiliki keunggulan seperti warna dan gambar berpola . Biasanya ornamen warna yang ada pada Jasper Batu ini sangat bervariasi. Motif yang ketika di lihat secara visual sangat menarik hati dan beraneka ragam. Batu “Nogo Sui” yang kono sangat dipercaya punya hubungan dengan kisah masa lalu ini juga banyak dicintai orang-orang luar negeri.

Untuk mengapresiasikannya ke dalam berbagai bentuk perhiasan. Karena secara material batu “Nogo Sui” bahannya bisa berukuran besar sehingga membentuk perhiasan seperti cincin, liontin, gesper kalung dan berbagai kerajinan lainnya bisa, bisa dibilang sangat bebas mengolah batu “Nogo Sui“ ini. Dengan potensi yang dimiliki diharapkan batu asal kabupaten Purbalingga ini sangat bisa diterima pasar dan para pecinta batu Akik Indonesia. Dari corak warna yang dimiliki batu “Nogo Sui“ ini sangatlah berfariasi dan kaya akan warna, walau secara visual ornamen yang diperlihatkan tidak begitu tegas pola gambarnya namun dari segi keindahan warna dapat didapat dan itulah hal yang istimewa dari batu asal sungai Klawing yang tersohor.

Secara ilmiah batu yang yang bisa disebut Blood Stone ini mempunyai kandungan Heliotrope yang merupakan Chalcedony dengan mineral Cryptocrisatlline antara kuarsa dan mooclynic polymorph moganite. Blood stone sangat terkenal dengan Chalcedony hijau juga memiliki inklusi iron oxide jasper merah, maka kesimpulan dari batu “Nogo Sui“ merupakan campuran chalcedony hijau dengan jasper merah, namun inklusi yang di hasilkan tidak selalu berwarna merah bisa kekuningan dan orange. Untuk perbandingan kualitas bagusnya prosentase 60 % untuk warna hijau dan 40 % untuk inklusi merahnya.

Kalau kemulusan dan kerataan warnanya bisa membias itu termasuk kualitas bagus, namun bila warnanya terlalu tua dan cenderung gelap dan tidak memantulkan cahaya ini termasuk kualitas rendah dan hal inilah yang berpengaruh dengan harga jual. Kualitas bagus tentu saja mempunyai harga yang tinggi, sementara kualitas yang biasa harganya standart. Begitulah fenomena dari pada batu “Nogo Sui” dari Sungai “Klawing” Purbalingga yang penuh akan pesona.
Informasi awal keberadaan batu itu didapat dari turis Prancis yang datang ke Klawing. Ia mencari batu berwarna hijau dengan bercak merah yang dia sebut heliotrope, batu tersebut akan dipakai untuk bahan batu cincin dengan ukiran cap kebangsawanan di atasnya. Ayahnya pernah mendapatkan batu tersebut di Jakarta seusai Perang Dunia II dan kini keturunannya menginginkan cincin sejenis.

Le Sang Du Christ atau batu darah Kristus juga disebut heliotrope karena sejarah memang pernah mencatat kegunaannya sebagai alat untuk mengamati gerakan matahari. Heliotrope diambil dari bahasa Yunani, helios berarti matahari dan tropos sama dengan berputar. Tapi warga setempat di Purbalingga lebih mengenalnya sebagai batu nogo suwi. Ada kepercayaan, mereka yang memakai batu ini memiliki kekuatan magis karena batu disebutkan bisa menstimulasi kekuatan fisik, ketabahan, dan keseimbangan. Corak batuan jasper sebenarnya sangat beragam.
Selain dihiasi bercak-bercak merah, ada yang berlapis merah yang sangat kontras, hijau terang, cokelat, kuning, kelabu, dan hitam. Yang paling umum adalah hijau dan merah darah itu. Secara ilmiah, warna-warna hijau dan merah itu berasal dari ekspresi oksida besi yang terkandung dalam batu. Jenis batuan ini terbentuk pada zaman miosen atas, sekitar 5-10 juta tahun yang lalu. Karenanya batu darah Kristus atau heliotrope atau nogo suwi atau apa pun namanya, tergolong batu berkualitas tinggi di jagat batu mulia.

Mineral silika yang tak tembus cahaya namun permukaan pecahannya sangat halus ini sudah sejak ribuan tahun lalu digunakan sebagai ornamen maupun batu permata. Tingkat kekerasannya menjulang mencapai 7-7,5 dalam skala mohs. Sebagai pembanding, intan sebagai batu mulia paling mahal mempunyai kekerasan 10 dalam skala yang sama. Batu yang berada di sungai lereng gunung Slamet, rata-rata mempunyai kekerasan cukup tinggi sehingga masyarakat di pesisir Sungai Klawing (Purbalingga-Jateng) menyebutnya dengan Watu Geni (Batu Api-red). Karena jika dua batu saling dipukulkan, akan mengeluarkan percikan api.

Begitu juga dengan batu Nogo Sui. Batu Nogo Sui yaitu batu jasper yang mempunyai warna dasar hijau dengan bercak-bercak merah seperti darah. Di dunia Internasional di sebut dengan nama Bloodstone (Heliotrope). Konon Bangsawan Perancis menyebutnya dengan nama “Le Sang Du Christ” atau Batu Darah Kristus. Dikarenakan batu ini mirip dengan batu yang terkena percikan/tetesan darah Kristus saat beliau di salib.

Karakter batu Nogo Sui bermacam-macam, ada yang warna merahnya ngeblok-ngeblok (merah totol), merah membentuk garis, merah menyebar dan ada juga yang warna merahnya bercampur dengan warna kuning, tentunya warna hijau sebagai warna dasar batu tersebut. Batu Nogo Sui yang mempunyai harga cukup tinggi adalah yang warna hijau bercak warna merah.